ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

PENGARUH BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) TERHADAP SINDROM NEFROTIK KELAINAN MINIMAL PADA ANAK, SUATU META ANALISIS

Journal Reading Nefrologi Kepada YTH
Dr. Aslinar Bpk/Ibu Dr……………………….
Selasa 28 Juli 2009

Pendahuluan
Sindrom nefrotik (SN) didefinisikan sebagai kombinasi dari proteinuria berat, hipoalbuminemia dan edem. Sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) merupakan tipe SN idiopatik yang paling banyak. Sekitar 60-80% anak dengan SNKM akan mengalami relaps.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) merupakan dasar diagnosis berat badan lahir rendah (BBLR), dimana berisiko terhadap beberapa penyakit seperti obesitas, resistensi insulin, penyakit kardiovaskular dan hipertensi. Beberapa studi pada hewan dan binatang menunjukkan berkurangnya jumlah nefron pada bayi dengan PJT, dengan akibat berkurangnya luas permukaan filtrasi glomerulus, sedangkan aliran darah tiap glomerulus meningkat sebagai usaha untuk menjaga laju filtrasi glomerulus (LFG) yang normal. Hiperfiltrasi ginjal ini dapat menimbulkan hipertensi dan hipertropi glomerulus, sehingga terjadi hipertensi sistemik dan kerusakan glomerulus, dengan akibat terjadi albuminuria dan glomerulosklerosis. Oleh karena itu, PJT dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
BBLR yang disertai dengan kemampuan nefron yang berkurang dan hiperfiltrasi glomerulus dapat menimbulkan berbagai penyakit ginjal yang lebih berat. Meta analisis ini bertujuan untuk mempelajari efek BBLR terhadap prognosis SNKM.

Subjek dan Metode
Penelitian dilakukan di Departemen Nefrologi Pediatrik di VU University Medical Centre, antara bulan Mei 1992 dan Januari 2005, dengan retrospektif untuk melihat efek BBLR terhadap SN pada anak. Diagnosis SNKM didasarkan pada gambaran klinis dan respon terhadap terapi kortikosteroid, atau berdasarkan biopsi ginjal.
Data tentang riwayat kelahiran mencakup berat badan lahir dan masa kehamilan, didapatkan dari wawancara dengan orang tua. Kriteria eksklusi jika berat badan lahir dan masa kehamilan tidak diketahui, bukan kelahiran tunggal dan periode follow up < 1 tahun. Kelompok pasien berjumlah 55 anak, yang didiagnosis dengan SNKM dengan umur median 3,2 tahun (IQR 2,4-5,2), terdiri dari 41 laki-laki dan 14 perempuan.

Analisis Statistik
Oleh karena kohort pasien BBLR dengan SNKM hanya terdiri dari 4 anak, tidak dilakukan perbandingan statistik dengan meta analisis. Parameter distribusi normal berupa means (standar deviasi), dan distribusi tidak normal sebagai median (IQR). Sistem analisis statistik dengan memakai SPSS.
Analisis statistik meta analisis menggunakan Review Manager (RevMan) window version 4,2 (The Cochrane Collaboration, 2003). Perbedaan dalam kombinasi studi ini dinilai dengan program komputer dan dikatakan signifikan jika P<0,1.

Hasil
Pasien dari VU University Medical Centre
Di antara 55 anak dengan SNKM, 4 anak dengan BBLR dengan median berat badan lahir 2825 (2550-2925) gram. Sebanyak 51 anak dengan berat badan lahir normal (kontrol: median 3200 (3000-3500) gram, P< 0,001) dan semua anak lahir cukup bulan. Anak dengan BBLR mempunyai onset usia yang sama pada terjadinya SNKM, dengan anak yang mempunyai berat badan lahir normal (median 3,0 (2,9-3,6) tahun dan 3,3 (2,4-5,2) tahun).

Meta analisis
Meta analisis menggunakan data dari VU University Medical Centre dan juga data dari hasil penelitian Zidar dkk (5 PJT dan 35 kontrol), Sheu dkk (8 PJT dan 42 kontrol), Na dkk (8 PJT dan 48 kontrol). Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan onset usia dan lamanya follow up antara kelompok BBLR dan kelompok kontrol.
Tidak terdapat perbedaan signifikan pada sejumlah pasien tanpa relaps. Pada tabel 4 menunjukkan jumlah absolut relaps per tahun follow up lebih tinggi pada BBLR dengan SNKM.
Pasien BBLR dengan SNKM lebih sesuai diterapi dengan cyclosporin (OR 4,42, P=0,003) atau cytotoxic agent (0R 4,24, P=0,001) pada perjalanan penyakitnya. Ini menjelaskan mengapa BBLR lebih sering menjalani biopsi ginjal (OR 3,84, P=0,009). Pada follow up pasien BBLR dengan SNKM, ditemukan beberapa komplikasi seperti hipertensi. Tidak terdapat perbedaan insiden antara infeksi saluran kemih atau peritonitis.

Diskusi
BBLR memberikan efek samping pada perjalanan klinis SN pada anak. BBLR merupakan faktor non imunologik yang berpengaruh terhadap SNKM. Akan tetapi bagaimana terjadinya SNKM karena BBLR belum jelas. Anak dengan SNKM yang diterapi dengan kortikosteroid dosis tinggi berisiko terjadi komplikasi sebagai akibat supresi sistem imun. Pada meta analisis, didapatkan komplikasi berupa pneumonia dan sepsis yang sering terjadi pada pasien BBLR.

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.