Journal Reading Kardiologi Kepada YTH
Dr. Aslinar Bapak/Ibu Dr………………..
Selasa/5 Januari 2009
Pendahuluan
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang komplet yang berada di bawah pengaruh neurohormon dan melepaskan sitokin yang berperan dalam cardiac remodelling. Penatalaksanaan gagal jantung bisa dipedomani dengan pengukuran non klinis berupa kadar neurohumoral. Variabilitas heart rate merefleksikan stimulasi/aktivasi neurohumoral dan berkaitan dengan beratnya gagal jantung.
Hipotesis kami bahwa variabilitas heart rate merupakan surrogate marker bagi stimulasi neurohormonal yang ditemukan pada bayi gagal jantung dengan shunt dari kiri ke kanan. Mudah dilakukan dan bersifat non invasif.
Metode
Analisis retrospektif dari 20 bayi usia 3,2± 2,5 bulan, dengan kisaran 10 hari – 9,2 bulan dan berat badan 4,0± 1,31 kg dengan kisaran 2-6,3 kg. Semua bayi menderita gagal jantung berat dengan Ross score ≥ 6 (rata-rata 7,8± 1,4), dengan shunt kiri ke kanan yang bermakna. Tidak ada bayi yang berespon dengan terapi standar yang terdiri dari diuretik seperti furosemid, hidrochlorotiazid, spironolakton dan digoxin, tetapi tampak perbaikan setelah diberi tambahan propanolol atau metoprolol.
Berdasarkan protokol standar (gbr 1), pada bayi dengan gagal jantung, setiap hari dicatat berat badan(BB), frekuensi nafas(RR), heart rate(HR), tekanan darah, perilaku minum, intake cairan, dan catatan EKG tiap minggu dan ekokardiografi serta monitoring EKG 24 jam. Perubahan dalam kenaikan BB, HR, RR, dipakai sebagai parameter dalam perbaikan gagal jantung. Data diperoleh dari catatan harian dengan EKG Holter selama periode 72 jam. Catatan pertama dimulai sebelum pemberian beta bloker dan diulangi setelah 10 hari kemudian dengan rata-rata 20,6±15 hari, kisaran 10-54 hari. Dosis beta bloker yang harus dicapai yaitu 1,5 mg/kgBB/hari.
Catatan 24 jam dianalisis dengan pathfinder 710, sofware version 7,520. Parameter berupa sistem simpatis yaitu standar deviasi (SD) interval RR selama 24 jam, rata-rata SD semua interval RR selama segmen 5 menit dan sistem parasimpatis berupa akar pangkat dua dari jumlah kuadrat dari perbedaan antara interval RR, dan jumlah interval RR yang lebih besar dari 50 milidetik. Parameter dianalisis multivariat dengan nilai p <0,05, menggunakan program SPSS 9.0. Digunakan Mann-Whitney test untuk membandingkan perbedaan parameter seperti kenaikan BB, RR, HR, sebelum dan sesudah pemberian beta bloker.
Hasil
Semua bayi membaik secara klinis pada 10 hari terapi beta bloker dan mampu menyusui dan minum susu botol. Perbaikan klinis ini ditunjukkan berupa kenaikan BB sekitar 37,5 gr/hari, pengurangan HR 24,2x/menit, dan berkurangnya RR 11,6x/menit.
SD rata-rata interval RR dan semua interval tidak menunjukkan korelasi dengan parameter klinis (tabel 1 & 2). Tidak terdapat perubahan selama terapi beta bloker. terdapat korelasi yang baik antara meningkatnya akar pangkat dua interval RR dan jumlah interval RR > 50 milidetik dengan kenaikan BB dan berkurangnya RR (tabel 2, gbr 3).
Kesimpulan
Studi retrospektif ini mampu menunjukkan bahwa variabilitas parasimpatis berupa heart rate mempunyai korelasi dengan perbaikan kondisi klinis pada semua bayi dengan shunt kiri ke kanan yang bermakna. Download sumber aslinya.
Langganan:
Postingan (Atom)